Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

Tantangan Kemandirian Masak Sendiri

Gambar
Sebagai pejuang dapur, saya memiliki dua asisten koki, meskipun sebenarnya keberadaan dua koki ini tidak seperti yang diharapkan, haha karena lebih banyak ngisruhnya daripada mbantunya. Oke, lanjut ke cerita sebelumnya tentang anak-anak saya yang sulit makan, saya mencoba melibatkan mereka dalam proses masak-memasak. But no for a sharp item. Mereka hanya saya beri ijin untuk membantu hal-hal kecil yang tidak terlalu berbahaya, seperti gambar tersebut. Mulai dari bikin tuang tepung, pecahin telor, tuang adonan, tuang dan aduk agar-agar ke dalam panci, sesekali uleg-uleg bumbu. Selebihnya untuk urusan potong memotong saya belum berani masrahkan ke anak saya, sementara baru gunting benda tajam yang saya percayakan pada mereka. Dan satu lagi untuk urusan api-apian, saya masih membatasi raung mereka, sekedar nyalain kompor sudah perna saya uji cobakan pada Rozaq, tapi berhubung kompor saya pernah njeblug dan mengeluarkan api yang luar biasa, aktivitas itu itu saya ambil alih

Latihan kemandiran makan sampai habis 1 porsi untuk adek

Gambar
Makan adalah kegiatan yang mengerikan bagi anak kedua saya, karena bisa jadi ibunya tiba-tiba jadi orang tergalak sedunia. Ya, Khadijah Azka memiliki kebiasan susah makan, susah sekali dan susah sangat, bukan mengkerdilkan fikiran saya tapi serius anak saya ini ampun deh, silakan dicek masa ketika dia masih ASI ekslusif dan saat sudah lepas ASI seperti ini. Tak jarang saya pasti ngomel-ngomel dan ngedumel kemana-mana? Salah? Iya sudah tau sih Cuma entahlah saya belum berhasil mengelola amigdala saya untuk urusan satu ini. Semoga Allah beri kesaaran dan kelapangan dalam mendidik anak. Oke, ngamuk. Termasuk siang ini tadi, saya sudah kehabisan kesabaran untuk urusan makan makanan. Dari jam 12 tet, sampai jam 2 makanan sudah saya siapkan, anak kecil mungil, hafidz dan hafidzah Quran sudah saya beri sendoknya masing-masing. Umminya sudah stand by jagain anak-anaknya makan, setengah jam sejam satu setengah jam makanan dianggurkan begitu saja. “Siapa yang butuh energy? “

Aliran Rasa Komunikasi Produktif

Menjadi seorang ibu, berarti menambah jam belajar di bidang pendidikan dan pengasuhan anak.  Utamanya mengenai bahasa kasih seorang bunda. Jika sebelumnya kita hanya berfokus pada bahasa cinta dengan pasangan, ketika punya anak maka akan bertambah level bahasa kita. Dan salah cara menyampaikan bahasa itu adalah dengan adanya komunikasi yang produktif baik dengan pasangan maupun anak-anak kita.  Bagaiamana komunikasi produktif itu bisa terjadi? Tentunya kita perlu pembiasaan, latihan dan evaluasi. Setahap demi setahap program matrikulasi telah berlalu, begitu banyak ilmu yang telah diajarkan di sini. Kali ini, memasuki tahap kelas selanjutnya, bunda sayang, materi yang pertama kali kami bahas adalah komunikasi produktif. Selama ini saya merasa baik-baik saja dengan pola komunikasi saya, ternyata ada banyak kesalahan dalam pola berkomunikasi saya, hal ini tentunya berdampak pada hasil komunikasi dengan komunkan saya. Ada beberapa momen dimana saya miss understanding dengan lawan bicar