Normally Life

Corona ini benar-benar merubah tatanan kehidupan, ada banyak hal yang berubah saat berbulan-bulan bersinggungan dengan makhluk tak kasat mata ini. Angkat jarimu jika kau sama sekali tidak kena dampaknya, mungkin dirimu hanya golongan minoritas yang tak merasakannya. Entah dampaknya positif atau negatif, sedikit atau banyak. Ibarat sekeping uang logam, selalu ada dua sisi yang bisa kita terawang, ada positif dan negatifnya, ada manis dan tangisnya.

Work at home, salah satu gerakan besar yang cukup merubah rutinitas. Jika biasanya pagi dan petang hari jalanan penuh sesak dengan deru mesin kendaraan karena orang-orang berangkat dan pulang kantor, mungkin kali ini yang sesak jalanan dunia maya, karena lalu lintas data yang kian merajalela. Satu peluang juga bagi keluarga untuk bisa berkumpul dan bertatap muka secara fisik, walau mungkin hati dan jiwa belum sepenuhnya hadir.

Pun bagi anak kami, rutinitas sekolah harian jadi berubah dengan pembelajaran melalui daring, yang awalnya bergelut dengan teman dan aktivitas di sekolah kini hanya dijalani melalui layar datar, apakah optimal? Tentu tidak, namun inilah yang kiranya terbaik saat ini. Jenuh? Pasti. Yang namanya anak-anak, butuh ruang lebar untuk eksplorasi dan berkarya. Belum lagi drama real di saat emak berteriak dan tugas sekolah yang menumpuk, hehe, esemi ae.

Jangankan mereka, yang tua saja juga jengah dengan keseharian yang mulai menjemukan. Lihat saja trend yang muncul,  pesepeda  membludak di jalanan, alih-alih olahraga, mereka hanya berusaha menghabiskan waktu luang. Sementara itu di sisi lain, pedagang kecil, tukang becak, dan banyak lagi kalangan menengah ke bawah yang menangis dan menjerit karena tak bisa makan. Tapi apakah mengumpat dan menyesali hari ini jadi bermakna? Atau hanya membuang waktu luang dan energi saja?

Melewati hal itu, Alhamdulillah banyak hikmah yang bisa kita ambil, tidak akan saya tulis di sini, hanya saja saya berharap kita semua tetep bisa mengukir senyum dibalik kondisi seperti saat ini.

Meniru istilah pemimpin kita untuk menuju new normal, yang pada kenyataannya juga tak normal sepenuhnya, siapkah kita dengan kondisi ini? Yang jelas apapun yang terjadi, hidup ini terus berjalan, raga ini butuh makan, kesehatan pun perlu diperhatikan. Menjadi normal, bersikap seperti biasa saja, tak perlu takut berlebihan namun jangan pula acuh tak berkepedulian.

Di jalan, di toko, rumah sakit dan setiap sudut kehidupan, adakah yang bisa kita upayakan. Atau hanya berpangku tangan tanpa pergerakan.

Komentar

  1. Apapun yang terjadi, tetap jaga kesehatan & kewarasan :-)

    BalasHapus
  2. Walau di rumah saja saya tetap berusaha menjaga kewarasan supaya anak-anak tidak ikut merasakan kegelisahan orang tuanya. Tetap semangat dan stay safe..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gajah Abrahah

Fitrah Based Education

Umar