Learning How to Learn

Bismillah..
Sejatinya manusia hidup itu adalah insan pembelajar, yang terus belajar menjalani suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat menuju ke arah yang lebih baik. 
Di program matrikulasi ini kita juga senantiasa belajar, one bite in a bit time, istilah yang luar biasa untuk mencerna dan mendalami setiap ilmu matrikulasi IIP batch 2 ini, setahap demi setahap kita diajak untuk berproses, mengenal diri kita, menggali potensi terpendam kita hingga sampai pada NHW 5 kali ini kita ada tugas membuat design pembelajaran. 
Sebelum lanjut ke belakang, saya coba artikan dulu apa itu design pembelajaran, saya ambil definisinya dari wikipedia ya, silakan disimpulkan sesuai bahasanya sendiri

Design pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara pendidik dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis. Hasil dari pembelajaran ini dapat diamati secara langsung dan dapat diukur secara ilmiah atau benar-benar tersembunyi dan hanya berupa asumsi, saya simpulkan bahwa tujuan dari pembuatan design pembelajaran adalah membuat pembelajaran lebih efektif dan efisien dan mengurangi tingkat kesulitan pembelajaran. 
Ada piramida belajar, Anda bisa melihatnya di sini, semoga bisa membantu.

Berikut saja dapatkan pula tabel tipe pembelajar, yang mungkin bisa membantu kita menemukan diri kita tipe yang mana.

Kebanyakan orang mungkin akan lebih senang mengambil jalan pintas, malas dengan proses, mengacu pada hasil akhir. Ya, benar adanya membuat orang menjadi BISA itu MUDAH, tapi membuatnya SUKA itu baru tantangan, kita memerlukan ketrampilan dalam belajar mengajar, baik sebagai subjek maupun objek agar kita merasa nyaman dengan prosesnya dan tidak malah frustasi dengan beban bahan ajar yang menumpuk dan tak tau bagaimana menyelesaikannya. OKE, cukup dulu kuliahnya, haha, maaf ya berasa nulis bahan kuliah aja pake teori segala, sekarang cus, ke design pembelajaran saya sebagai seorang ibu yang memiliki misi menjadi inspirator, writer crafter dan menebar manfaat pada umat, insyaAllah.

Dalam keluarga mini sweety ini, saya dan suami punya visi misi yang sama dalam membentuk keluarga, dari sini kita tarik mundur ke belakang dalam penciptaan kerangka berpikir alias kurikulum keluarga, tentang apa saja yang harus dipelajari, goal apa yang ingin dicapai, bagaimana proses pencapainya, apa saja alat penunjang yang dibutuhkkan, jangka waktu pelaksanaan dan kapan target akan dicapai, serta satu hal yang tak kalah pentingnya adalah doa, berharap kepada Allah sebagai pengabul semua harapan dan doa, karena kita sebagai manusia hanya bisa merencanakan dan Allahlah yang memutuskan, sudah banyak contoh kasus dimana kami sudah mensetting tapi ternyata Allah berkehendak lain, nah dalam hal ini kita harus siap dengan segala kemungkinan yang terjadi. Keep go ahead and keep move on. Bi idznillah.
Berikut kurikulum keluarga  secara makro yang ingin dicapai.
Bagan Kurikulum Makro Keluarga
Berdasar bagan tersebut masing-masing kami (saya dan suami) punya misi bersama dan misi pribadi masing-masing dalam keluarga yang kami spesisifikkan, batasi masalahnya, gali informasinya dan kembangkan sesuai targetan. Dari setiap targetan yang kami buat kami beri tenggang waktu tertentu. Sekali lagi, di atas adalah rencana agar jalan kami terarah, jika di dalam pelaksanaanya ada kendala, maka kami akan menyesuaikan, kami mencoba realistis untuk tidak menerjang badai sekiranya logistik dan kondisi memang tidak mendukung. Namun, bukan berarti pasrah pada keadaan tanpa berbuat apa-apa, tak jarang kami tarik mundur, ulur, menunda satu hal karena ada hal lain yang harus diprioritaskan.

Dengan mempertimbangkan tipe belajar saya yang visual, dan suami auditori, kami mencoba mensinkronkan ilmu yang kami terima, contoh kasus, saya lebih senang membaca buku, maka saya menggali informasi dan ilmu dengan membaca. Sementara suami saya gak betah baca buku, beliau lebih senang mendengar penjelasannya dari apa yang telah saya baca (ibarat resume yang saya sampaikan), kadang saya berpikir nih suami pengen anaknya begini begitu tapi diajak barengan misal ikut forum parenting apa gitu ga tertarik, gak semangat, trus baca buku parenting gitu berbulan-bulan cuma dapat 30an lembar dari 500an halaman (tapi kalo baca buku Robert Kiyosaki dalam seminggu khatam 2 buku). Saya tidak bisa memaksa suami saya sama seperti saya dalam belajar, pun sebaliknya saya susah dong (paham) kalau hanya mendengar tanpa membaca, jadi di sini kami saling bersinergi menambal kekurangan masing-masing.

Nah, untuk mencapai jam terbang sebagai ibu profesional saya sudah menetapkan aturan 10.000 jam terbang seperti yang saya tulis di NHW sebelumnya, untuk itu saya mencoba menyusun waktu 8 jam per hari sebagai training saya berdasar piramida belajar di atas agar saya menjadi ahli di bidang anak-anak dan kerumahtanggan dengan pembagian waktu sebagai berikut.
1 jam membaca literatur
1 jam menyiapkan crafting anak
5 jam praktek bersama anak
1 jam menulis catatan dan atau dokumentasi kegiatan hari ini, insyaAllah akan saya rutinkan mulai sekarang.

Sebagai bahan ajar yang saya gunakan adalah buku-buku rujukan dan seminar seminar, selain itu saya akan belajar kepada yang lebih ahli seperti dokter, psikolog, teman-teman yang berpengalaman dan sebagainya.

Mencoba belajar menyusun kerangka berpikir menggunakan metode :
  1. Inquiry Based Learning : Pembelajaran berdasarkan pembelajaran
    Misalnya :
    👍Ibu jari : How
    👆Jari telunjuk : Where
    Jari tengah : What
    Jari manis : When
    Jari kelingking : Who
    👐Kedua telapak tangan di buka : Why
    👏Tangan kanan kemudian diikuti tangan kiri di buka : Which one
  2. Project Based learning: Praktek secara langsung atau didampingi dg mentor yang sudah berpengalaman di bidangnya.
  3. Contextual Based Learning: Belajar sesuai dengan kebutuhan yang sedang dihadapi
Setelah itu semua terlaksana maka tiba saatnya pada tahap terakhir yaitu evaluasi, jadi setelah melakukan apa yang telah kita rencanakan, kita amati hasilnya apakah sesuai target atau tidak, dari situ kita bisa menganalisa kenapa dan kenapanya untuk kemudian diambil kesimpulan sebagai salah satu komponen pertimbangan untuk menentukan langkah ke depan.
and, see you.. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gajah Abrahah

Fitrah Based Education

Umar